Rabu, 08 Mei 2013

Mensikapi Keputusan Konsekuensi yang Tidak Tepat- Syair

Mensikapi Keputusan Konsekuensi yang Tidak Tepat- Syair.
Kudus, 17 Februari 2013.


Tidak ada jalan lain yang benar- benar realistis, daripada mengambil tindakan cepat dan sederhana untuk menekan penyimpangan yang saat ini sedang terjadi.
Fikiran yang naif sering menginginkan sesuatu yang berlebihan tanpa di imbangi dengan kemampuan.
Ada suatu batasan yang telah kita tetapkan sendiri dan harus benar- benar kita jalani.
Tapi mungkin, seringkali kita salah menganalisis sebuah keadaan saat  COMISSIONING sehingga kita menetapkan standart yang salah.
Atau, ada pula perubahan keadaan karena sebuah aspek imbas sehingga kita merugi.
Kerugian dalam bisnis akan selalu mengikuti pebisnis.
Dan sangat banyak dari kerugian- kerugian tersebut yang tidak bisa kita hindari.
Bila ketetapan standart ternyata salah dan tidak bisa di ubah, maka longgarkan standart tersebut.
Tapi kamu harus jeli, terkadang bukan masalah ketetapan standart yang perlu di ubah.
Kadang sebuah tindakan kecil seperti penegasan lah yang harus di ambil.
Tapi, bila memang kendala tersebut sangat parah dan tidak bisa di terima, mungkin kamu perlu menunda proses produksi dan bertindak dengan segera untuk melakukan REKONSTRUKSI ulang.
Namun, ini adalah pilihan terakhir yang –harus- jarang di ambil.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Tentang Syair ini:
Ketika saya menetapkan sesuatu, yang saya yakini bisa di lakukan oleh orang- orang saya, ternyata saya sering mendapati orang- orang saya tersebut tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik seperti yang telah saya tetapkan. Yang lebih menyulitkan lagi, saya sering terperosok ke dalam sebuah keadaan yang sangat DILEMATIS. Saya telah merekrut orang, mengajari mereka banyak hal dan dalam jangka waktu lama, ketika mereka mulai bekerja, ternyata mereka tidak bisa merampungkan tugas nya dengan baik. Jika saya memecat mereka, belum tentu orang yang baru bisa melakukan sebuah tugas yang lebih baik dari orang yang lama. jika saya membiarkan hal ini, semua aktivitas yang orang- orang saya lakukan di penuhi dengan kesalahan. Jika saya harus memecat orang yang lama, saya berarti harus mengajari orang yang baru sesuatu (diskripsi tugas mereka) dari awal lagi. dan saya pun harus menghabiskan waktu dan biaya lagi untuk mengajari orang- orang baru tersebut. Bila memang begini keadaan nya, hal terbaik (dan bukan sebuah solusi yang benar- benar memecahkan masalah) bagi tindakan saya adalah bersabar menghadapi orang- orang saya dan mengubah sikap- sikap mereka. berharap mereka berubah –menjadi lebih baik- seiring berjalan nya waktu karena penegasan sebuah hal/ tugas yang telah saya tanggung jawabkan kepada mereka. lebih bersabar dan tidak perlu melakukan rekonstruksi ulang apabila keadaan masih bisa di kendalikan dan tidak terlalu menyimpang dari diskripsi tugas yang utama.

0 comments: