MENCERMATI MENGAPA SEBUAH RENCANA ITU
SANGAT DI PERLUKAN.
Artikel ini berisi tentang:
Dinamika
mengenai penting atau tidaknya sebuah rencana bisnis. Aspek yang membuat sebuah
rencana bisnis tidak perlu terlalu banyak dilakukan. Aspek yang membuat sebuah
rencana bisnis sangat penting dan harus dilakukan. Contoh kasus pentingnya
sebuah rencana bisnis. Asumsi orang- orang tentang tidak pentingnya sebuah
rencana bisnis. Artikel yang tidak saya setuju isi nya mengenai tidak pentingnya
rencana bisnis. Lebih tajam melihat keadaan agar lebih tepat membuat keputusan
atau pilihan.
PENTINGNYA RENCANA BISNIS.
Tidak
bisa di pungkiri, banyak orang dan para ahli pernah mengatakan bahwa “sebuah
rencana bisnis itu tidak penting, yang terpenting adalah aksi”. Ya, dalam
beberapa kasus saya setuju dengan hal tersebut. namun, dalam kasus yang lain,
saya pun kurang sependapat tentang pandangan seperti itu.
Seringkali, orang- orang membuat rencana bisnis yang panjang dan lebar, namun setelah di praktekan, 90% rencana bisnis tersebut gagal di implementasikan. Orang yang melakukan hal ini akan mengalami kerugian waktu dan tenaga fikiran yang cukup besar karena mencurahkan sebuah perencanaan yang ternyata gagal dilakukan. Di perusahaan tempat saya bekerja pun tidak banyak orang yang membuat sebuah rencana yang kompleks untuk merencanakan tindakan yang harus dilakukan. Tapi, saya pun pernah ikut serta dalam pembangunan perusahaan rintisan, yang dimana para pihak manajemen lebih terfokus pada perencanaan daripada sebuah aksi. Baik, mari kita cermati APA YANG SALAH dari sebuah pembuatan rencana –khususnya rencana bisnis.
Seringkali, orang- orang membuat rencana bisnis yang panjang dan lebar, namun setelah di praktekan, 90% rencana bisnis tersebut gagal di implementasikan. Orang yang melakukan hal ini akan mengalami kerugian waktu dan tenaga fikiran yang cukup besar karena mencurahkan sebuah perencanaan yang ternyata gagal dilakukan. Di perusahaan tempat saya bekerja pun tidak banyak orang yang membuat sebuah rencana yang kompleks untuk merencanakan tindakan yang harus dilakukan. Tapi, saya pun pernah ikut serta dalam pembangunan perusahaan rintisan, yang dimana para pihak manajemen lebih terfokus pada perencanaan daripada sebuah aksi. Baik, mari kita cermati APA YANG SALAH dari sebuah pembuatan rencana –khususnya rencana bisnis.
Rencana
bisnis menjadi tidak perlu dilakukan apabila kita sendirilah yang mengelola
sebuah usaha seorang diri atau dengan beberapa orang yang sudah lama kita
percaya. Hal ini sering terjadi di dalam pembangunan usaha- usaha kecil. Contoh
kasus; pendirian warung makan. Seseorang yang mencoba mendirikan warung makan
sederhana tidak perlu terlalu banyak melakukan rencana. Ya, saya setuju terhadap
hal tersebut. sebuah rencana yang dibuat cukup kompleks hanya akan memperlambat
pendirian usaha semacam ini. Pembuatan rencana bisnis yang akan menjadi sia-
sia juga sering terjadi di sebuah organisasi/ perusahaan yang telah mapan dan
memiliki SDM berpengalaman sebelumnya. Pihak manajemen hanya cukup memberikan
perintah sederhana terhadap para Staff nya untuk melakukan suatu hal, dan para
Staff nya pun akan melakukan perintahnya dengan sangat baik. karena, para Staff
tersebut sudah tahu, apa yang harus mereka lakukan dan apa yang tidak boleh
mereka lakukan.
Namun,
sebuah rencana bisnis akan sangat penting untuk dilakukan apabila kita berada
dalam sebuah proyek baru (seperti pendirian perusahaan rintisan, proyek dengan
dana tinggi namun dengan launching yang hanya dilakukan sekali, dan proyek
riset). Saya mengambil contoh dari pengalaman saya sendiri ketika saya ikut
dalam proyek pendirian perusahaan rintisan yang di pimpin oleh seorang doktor
dari Universitas Indonesia. Para pihak manajemen yang terlibat lebih banyak
merencanakan daripada bertindak. Lebih banyak mengamati daripada melakukan aksi
langsung. lebih banyak berteori daripada praktek. Hal ini dikarenakan; mereka
belum tahu jalan / situasi seperti apa yang akan mereka temui. Mereka dengan
sangat teliti mengamati, merencanakan dan menghimpun banyak data di lapangan
untuk melakukan sebuah aksi. Mereka pun sangat hati- hati ketika membuat
perencanaan aksi. Para orang yang terlibat di beri simulasi khusus agar dapat
dengan mudah mengantisipasi hal buruk apa yang mungkin terjadi. sedikit saja
kesalahan kecil dalam sebuah perencanaan yang tergolong baru/ rintisan, akan
mengakibatkan kerugian yang besar. Kerugian yang tinggi tersebut dikarenakan
sebuah poerintisan nya. OK, untuk lebih jelasnya, saya berikan contoh kasus... Sebuah
perusahaan X akan mencoba melakukan pemasaran dengan metode A. Para manajemen
di perusahaan X tersebut terlebih dahulu harus merekrut orang- orang pilihan
mereka yang mereka anggap tepat untuk melakukan pemasaran tersebut. setelah mendapatkan
orang yang tepat, pihak manajemen memberikan pembelajaran kepada para SDM yang
bertindak di lapangan, memberikan tips, penyemangat, dll. Tidak hanya itu saja,
pihak manajemen pun harus mengurus gaji mereka, mengadakan/ membuat berbagai
macam sarana yang di perlukan, mengurus tata cara pembagian bonus bagi yang
berhasil melakukan pemasaran yang tinggi, menyiapkan data yang harus di ambil
di lapangan, dan masih banyak hal lain yang harus dilakukan untuk melakukan
semua itu. Apabila pihak manajemen salah merekrut orang, segala jenis persiapan
yang telah dilakukan akan menjadi sia- sia karena faktor awal yang salah/
gagal. Semua sarana administrasi yang telah di persiapkan menjadi tidak
berguna, training yang dilakukan dalam waktu yang lama menjadi sia- sia, dll.
seperti itulah gambaran tentang resiko besar yang mungkin akan terjadi apabila
terjadi kesalahan kecil saja.
Faktor
lain yang mempengaruhi asumsi “Mengapa sebuah perencanaan tidak perlu di
lakukan” adalah; karena orang yang bersangkutan tersebut tidak suka berfikir.
Tidak suka –dan merasa lebih berat- untuk memeras fikiran daripada memeras
keringat. Orang- orang seperti ini biasanya adalah para pekerja lapangan
langsung. dan orang- orang semacam ini akan mengalami kesulitan yang luar biasa
dalam usahanya melakukan perintisan sebuah perusahaan.
Ketika
saya ikut ke dalam proyek perekrutan orang di lapangan secara langsung, banyak
hal yang harus saya dan rekan satu tim saya persiapkan. Mulai dari memilih
lokasi, membuat pertanyaan interview, membuat soal psykotest, membuat formulir
untuk dokumentasi data diri para pelamar kerja, mempersiapkan koordinasi “siapa
yang harus menanyakan pertanyaan A, dan siapa yang harus menanyakan pertanyaan
B”, apa yang harus di katakan untuk pembukaan interview pertama kali,
bagaimanakah kita menilai orang tersebut, bagian dari diri seseorang yang
seperti apakah yang harus di cermati, sikap seperti apa yang harus di cermati
untuk menebak isi fikiran seseorang, dan masih banyak lagi. Nah, apa jadinya
bila kita tidak merencanakan lokasi perekrutan?. Bagaimana kita menjawab
pertanyaan dari pelamar kerja tentang “Dimanakah lokasi perekrutan nya?”.
seperti itulah gambaran mengenai pentingnya persiapan yang harus dilakukan.
Di
dalam perusahaan tempat saya bekerja, ada seorang manajer lapangan yang sangat
hebat. Dia mampu melakukan koordinasi dengan sangat cepat dan tepat di
lapangan. Manajer tersebut sudah puluhan tahun bekerja di dalam perusahaan
tersebut. namun, sewaktu dia mencoba untuk ikut sebuah proyek rintisan –yang hampir
sama seperti yang saya lakukan, manajer tersebut pernah melakukan kesalahan
besar yang berujung pada gunjingan hebat pada dirinya. Dia mengatakan “kita
lihat saja kondisi di lapangan nanti” ketika sedang melakukan meeting dengan
para manajemen proyek rintisan yang lain. Nah, ketika sampai di lapangan,
manajer tersebut kebingungan terhadap hal yang harus dilakukan nya. hal itu
disebabkan karena dia TIDAK MELAKUKAN PERENCANAAN terlebih dahulu sebelum
melakukan aksi. Alhasil, proyek yang dia pegang mengalami kegagalan besar, dan
dia langsung dikeluarkan dari organisasi.
Jadi,
bagi saya, kita terlebih dahulu melihat aspek secara mendalam terhadap apa yang
kita ketahui sebelum memutuskan untuk sependapat dengan hal tersbeut. Saya
membuat artikel ini karena kemarin saya melihat sebuah artikel yang mengatakan
“Bakarlah rencana bisnis mu sebelum itu membakar mu”. Bila orang tidak tajam
membaca isi dari artikel yang juga saya baca kemarin, orang tersebut akan
sangat percaya karena isi dalam artikel tersebut ditulis dengan gaya bahasa
yang hebat, memukau dan meyakinkan. Tapi, gaya bahasa tidak mencerminkan isi.
Dan dalam beberapa kasus, saya tidak sependapat dengan artikel –yang kemarin
saya baca- tersebut.
0 comments:
Posting Komentar