Minggu, 30 Desember 2012

Cara pemberian perintah dari manajemen atas

CARA PEMBERIAN PERINTAH DARI MANAJEMEN ATAS.

Artikel ini berisi mengenai:
Bagaimana seharusnya manajemen atas memberikan perintah. Apa aspek yang perlu di perhatikan ketika memberikan perintah. Bagaimana prosedur/ pola pemberian perintah yang baik dan benar.


CARA PEMBERIAN PERINTAH DARI MANAJEMEN ATAS.
Di perusahaan tempat saya bekerja, ada 2 orang kepala departemen. Satu nya orang nya masih muda (30 tahun), dan yang satunya telah berumur lanjut (53 tahun). Yang muda tidak
memegang dan mengawasi peranan kerja karyawan di tingkat bawah. Dia hanya memegang struktur hierarki satu dan dua tingkatan di bawah nya. yang berumur lanjut, memegang semua peranan hingga ke struktur terbawah. Yang muda, memegang peranan departemen yang sangat besar. Yang berumur lanjut, memegang peranan sebagai kepala di departemen yang kecil. Yang muda, sebentar lagi akan di promosikan sebagai Senior manager, dan yang berumur lanjut sebentar lagi akan pensiun. Bila di lihat secara mendalam, yang muda tidak memiliki banyak kemampuan untuk memegang seluruh peranan dalam departemen nya. yang berumur lanjut, mampu menguasai semua bidang di dalam departemen nya. menurut anda, siapa dari dua orang kepala departemen tersebut yang memiliki kemampuan lebih unggul?. Silakan untuk menjawab nya sendiri. Namun menurut saya, yang muda lah yang memiliki kemampuan yang lebih baik. bila di lihat dari latar belakang nya, yang berumur lanjut mampu menguasai seluruh aspek di dalam departemen nya yang kecil karena dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun, dia sudah ada di dalam departemen tersebut. artinya, yang berumur lanjut mampu menguasai semua bidang karena dia telah sangat lama mengenal departemen yang di kelola nya. Namun, yang muda, masuk ke dalam organisasi setelah dia lulus dari perkuliahan nya pada umur 23 tahun. Dia pertama kali masuk ke dalam organisasi sebagai kepala bagian yang memimpin unit kecil, kemudian dalam kurun waktu 5 tahun, dia mampu melesat menjadi kepala departemen, dan sebentar lagi di promosikan sebagai senior manajer.

Permasalahan atas apa yang telah kita capai, bukan dari apa yang kita dapatkan. Namun, seberapa cepat kita mendapatkan nya. anda bisa bekerja keras dan menabung setiap hari, lalu pada umur 60 tahun, anda sudah mampu membeli rumah dan mobil. Atau, anda juga bisa mendirikan sebuah bisnis, yang kemungkinan dalam jangka waktu 5 tahun kemudian, anda sudah bisa membeli villa mewah dan mobil Ferrari. Dari cerita dua kepala departemen di atas, walaupun yang muda dan yang berumur lanjut sama- sama memiliki jabatan sebagai kepala departemen, namun, yang muda mampu menduduki posisi sebagai kepala departemen pada umur 30 tahun. Yang muda, yang lebih cepat melejitkan karier nya dalam perusahaan tersebut.

Kita bisa memetik sebuah pelajaran dari cerita di atas. Bahwa, bila anda tidak mempunyai waktu yang lama untuk menguasai semua aspek dalam sebuah departemen, anda tetap bisa melakukan pengelolaan departemen tersebut dengan memegang struktur hierarki di bawah anda saja. Biarkan struktur hierarki di bawah anda yang mengatur lanjutan perintah dari anda. contoh lain adalah pembentukan pasukan badai (Sturmabteilung atau S.A.) dalam organisasi partai Nazi Jerman. Pasukan badai memang di kendalikan oleh Hitler, namun pembangunan nya tidak di lakukan oleh Hitler, melainkan oleh teman seperjuangan nya yang bernama Ernest Rhoem. Salah satu mantan perwira kerajaan Prusia (Prusia adalah nama kerajaan jerman sebelum kalah dalam PD 1). Apakah Hitler tidak bisa membangun pasukan badai, sendiri?. Saya akan mengatakan, “Bisa”. Namun bila hal itu di lakukan nya, partai Nazi tidak akan bisa tumbuh dengan besar. Hitler hanya memegang peranan partai nya saja. Untuk urusan lain, di serahkan kepada orang lain yang dia percaya. Bila Hitler mengurusi urusan pasukan badai, lalu siapa yang akan mengurusi partai nya. begitu pula yang terjadi di dalam organisasi bisnis. CEO tidak memegang peranan departemen produksi, dia masa bodoh terhadap hal itu. dia tidak tahu menahu dan memang seharus nya tidak perlu tahu. Kapasitas kekuatan tenaga fikiran manusia itu terbatas. Bila semua hal di kerjakan oleh satu orang, walaupun orang tersebut hanya bertugas sebagai pemikir dan kemudian mendelegasikan tugas tersebut kepada orang lain, hal ini tetap tidak akan bisa di terapkan di dalam organisasi yang besar. Bila anda mengurusi semua masalah, fikiran anda tidak akan bisa melakukan nya. Masa bodoh dan tidak perlu tahu adalah hal yang harus di lakukan Manajemen puncak.

Saya pernah bekerja di dalam perusahaan besar. Dimana kebanyakan kepala manajemen nya adalah orang- orang yang sangat lama telah bekerja di sana. Mereka mengatakan, “tugas manajer yang baik adalah memberikan pengertian dan menuntun setiap langkah yang di lakukan oleh bawahan nya”. itu adalah kata- kata dari pihak manajemen yang telah berumur lanjut. Namun, dari obrolan pribadi yang saya lakukan dari kepala manajer saya yang masih muda mengatakan, “manajer tidak perlu memasang mata dan telinga bila dia memberikan tugas- tugas nya”. Sekilas, saya kurang setuju terhadap hal ini, lalu saya bertanya “bila tidak di tuntun pada setiap langkah, pasti akan terjadi banyak kesalahan dalam melakukan tugas yang di berikan?”. Kemudian, Manajer muda menjawab, “hal itu memang akan terjadi bila kamu memberikan tugas kepada para Badut (orang yang tidak bisa di ajak bekerja kecuali seorang atasan memberikan perintah dengan sangat spesifik dan sangat jelas). Bila kamu bekerja dengan orang- orang yang bisa di ajak berfikir, keratif dan imajinatif, kamu hanya perlu memberikan background permasalahan, tujuan akhir yang kamu inginkan, rekomendasi, batasan- batasan dan deadline. Hasil yang kamu dapatkan tidak akan pernah sesuai yang kamu inginkan. Namun dari segi kualitas dan kuantitas, akan lebih dari yang kamu harapkan”.

0 comments: