Mengurangi
sikap memendam dan penalaran dari mitos dogma orang tua terkasih- syair.
Kudus,
15 April 2013.
Pernahkah kamu membenci seseorang, entah
karena sikap nya, tindakan nya maupun keputusan nya...
Dan kamu menggumam, menyimpan dendam dan
kebencian.
Dan bahkan, memprovokasi teman- teman mu untuk
ikut serta agar membenci dirinya.
Namun, kenyataan yang kamu dapatkan hanyalah
rasa kesal dan lelah yang menyakiti mu.
Dan teman- teman mu yang memang mendukung
argumen mu, tapi tetap tidak melakukan perlawanan langsung kepada –nya.
Sungguh, kamu membencinya. Dan seringkali,
kamu mengemukakan sikap ketidak-senangan mu kepada nya, entah dengan bagaimana.
Tetapi juga, entah kenapa.
Dia seakan- akan tidak ada respon. Tidak
memiliki respon sedikitpun atas sikap mu.
Dia tidak menderita tekanan batin seperti mu.
Dia tertawa, tersenyum dan bercanda dengan
teman- teman nya.
Lalu, untuk apa sikap memendam yang kamu
miliki itu?.
Hanya untuk memberi tahu dia agar dia merubah
sikap nya kepada mu?.
Tetapi, dia tidak tahu.
Bila mungkin dia tahu, dia pun tidak langsung
begitu saja mengubah sikap nya –yang telah mendarah daging itu- kepada mu.
Ibuku dan kakek ku –yang tercinta-
menginginkan ku untuk bersikap pasrah dan bersyukur, karena semua ini ada yang
mengatur.
Bola kehidupan, bagi mereka akan berputar. Dan
kita akan –dengan begitu saja- sampai di posisi atas, lalu orang yang ada di
posisi atas akan berada di bawah. Suatu hari nanti –DENGAN BEGITU SAJA.
Tapi, roda itu tidak akan berputar jika tidak
diputar.
Kehidupan tidak memiliki mata. Tidak ada yang
mengatur. Dan sama sekali tidak memberi belas kasihan –KARENA KEHIDUPAN ITU
BUTA.
Orang- orang yang percaya bahwa roda kehidupan
akan berputar seperti demikian, akan mendapatkan kekecewaan ketika mendekati
kematian.
Well, tidak masalah bila itu yang mereka
inginkan. Yang asti, aku tidak memilih jalan yang mereka pilih.
Itu konsekuensi untuk mereka, dan aku tidak
perlu memikirkan lebih jauh apa yang akan terjadi untuk mereka kelak.
Dan ini adalah konsekuensi ku, yang benar- benar
telah siap ku ambil.
Selama ini, aku berfikir terlalu jauh. Sifat
materialisme ini, tidak terkendali.
Keseimbangan kehidupan ini tidak ada yang
mengatur. Dengan bukti ilmiah, terdapatnya orang gila.
Orang gila adalah orang yang kehilangan
kendali dan keseimbangan.
Tidak akan ada yang akan memberitahu umat
manusia sebuah kebenaran mutlak dan absolut.
Akupun tidak tahu, apakah suatu hari akan
benar- benar muncul sang-maha, entah dari mana.
Tapi yang pasti, aku membatasi pengetahuan ku
saat ini.
Tenggelam dalam kebodohan?, Tapi, apa peduli
ku !?.
Aku melihat, dengan seuruh kesadaran ku, orang
yang lemah –khususnya di tempat ini- akan di injak- injak.
Sungguh... aku melihat nya !?.
Meskipun batasan ku sebelumnya tentang sikap
orang cukup tinggi. Namun, sekarang aku melonggarkan batasan ku tersebut.
Sekarang, aku MELONGGARKAN batasan ku.
Aku akan merespon, sikap yang menurutku keluar
dari batasan ku.
Dengan cara yang paling mudah dan paling
efektif. Bukan cara yang rumit namun dengan ke-efektivan yang sama (atau
mungkin kurang efektif).
Akan kulakukan, apa yang harus ku lakukan.
Titik.
Dan aku tidak peduli dengan ramalan masa depan
dari kakek dan ibuku yang terkasih itu.
Yang pasti, dan yang terpenting, yang ku
percayai saat ini...
Aku harus mengurangi sebesar mungkin, sikap
memendam ini.
0 comments:
Posting Komentar