Rabu, 08 Mei 2013

Menciptakan Ilmu Pengetahuan yang Lebih Tinggi.

MENCIPTAKAN ILMU PENGETAHUAN YANG LEBIH TINGGI.

Artikel ini berisi tentang:
Alasan sebuah “Business Study” (Pelajaran Bisnis di sekolah bisnis) bukan menjadi hal yang baik di masa ini bila digunakan untuk pendirian sebuah perusahaan yang memiliki visi menjadi terbesar. Penjelasan cacat dari pelajaran –bisnis- yang di dapatkan dari sekolah. Imajinasi yang lebih penting dari ilmu pengetahuan. Kekeliruan penafsiran –di masa kini- tentang keunggulan sekolah dan mendapatkan pendidikan yang tinggi. Penegasan terhadap kebenaran sebuah pernyataan “imajination more important than knowledge”. Apa filosofi untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi.

MENCIPTAKAN ILMU PENGETAHUAN YANG LEBIH TINGGI.
“Imajination more important than the Sience, because the Science born from imagination”, itulah kalimat yang di ucapkan Albert Einstein ketika mendapatkan nobel karena penemuan teori Relativitasnya.

Kita tentu tahu, bahwa Bill Gates keluar dari Universitas Havard dan mendirikan perusahaan Microsoft nya dengan sangat sukses. Kitapun tahu, Mark Zuckeber drop out juga dari Havard, kemudian mendirikan Facebook inc lalu menjadi orang kaya termuda pada masa ini. Havard adalah sekolah bisnis yang paling hebat di Amerika. Lantas, mengapa orang- orang yang keluar dari Havard University malah menjadi sangat sukses daripada orang- orang yang memiliki gelar Phd ataupun MBA dari universitas yang sama?.

Saya akan mencoba menjelaskan hal ini kepada anda. orang- orang yang bersekolah mempelajari ilmu pengetahuan dari orang yang menciptakan ilmu pengetahuan tersebut. yang menciptakan ilmu pengetahuan pun seorang manusia juga. Ketika ada 1000 orang yang bersekolah di sekolah bisnis seperti Havard, mereka semua mempelajari ilmu pengetahuan yang sama. Mereka di bekali pembelajaran yang sama dari para pembimbing mereka. mereka semua di beri senjata yang sama semua. Ketika lulus sekolah, 1000 orang yang bersekolah tersebut kemudian mencoba mendirikan perusahaan dengan cara yang sama seperti apa yang telah mereka pelajari di bangku sekolah bisnis mereka. di akhir perjuangan mereka semua, mereka telah berhasil mendirikan perusahaan. Tapi sebelumnya, ada beberapa gelintir orang yang keluar dari bangku sekolah. kita menyebut orang ini sebagai seorang yang drop out (keluar) dari sekolah bisnis. Orang yang drop out ini kemudian berambisi juga untuk mendirikan perusahaan. Tapi, BAGAIMANA CARA mereka untuk melakukan nya?. orang yang mencari, pasti akan berfikir BAGAIMANA CARANYA untuk bisa mendapatkan apa yang dicarinya. Masih ingat apa yang di katakan Albert Einstein,  “imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan terlahir dari imajinasi”. Orang yang droup out ini kemudian berfikir menggunakan imajinasinya. Dan setelah berfikir sangat lama dan puluhan kali –bahkan ratusan kali- gagal menggunakan idenya, mereka akhirnya pun mendapatkan jawaban nya. jawaban ini merupakan ilmu pengetahuan yang benar- benar baru, yang di ciptakan oleh mereka sendiri, yang mereka yakini kualitasnya lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang di ajarkan di sekolah bisnis. Ilmu pengetahuan ini kemudian di terapkan oleh orang- orang yang drop out untuk mendirikan perusahaan. Akhirnya, mereka pun berhasil. Tapi, bukan hanya berhasil mendirikan perusahaan, tapi mereka juga berhasil mengambil alih para konsumen dari perusahaan orang- orang terdidik yang menggunakan metode terapan dari sekolah bisnis mereka.

Selalu ada cacat bagi suatu hal di dunia ini. begitu pula dengan ilmu pengetahuan bisnis yang di dapatkan dari sekolah bisnis tertinggi sekalipun di dunia seperti Havard. Orang- orang yang drop out, mencari cacat tersebut dengan menggunakan imajinasinya. Dan setelah mereka mendapatkannya, dan menerapkan nya, mereka berhasil menggeser posisi rival- rival mereka (orang- orang berpendidikan) ke bawah.

Ketika para konsumen dari perusahaan yang di dirikan oleh orang- orang dari bangku sekolah bisnis (orang terdidik) di ambil alih orang yang droup out, maka arus kas perusahaan orang- orang terdidik pun menjadi macet. Ketika telah macet, tidak ada laba yang bisa di dapatkan untuk membiayai gaji karyawan dan membeli bahan baku. Akhirnya, perusahaan orang- orang terdidik pun tumbang dan gulung tikar. Agar orang- orang terdidik ini bisa membangkitkan perusahaan mereka kembali, mereka harus mencari cara/ ilmu pengetahuan yang baru yang lebih tinggi untuk bisa mengalahkan cara yang di gunakan oleh orang yang drop out. Seperti halnya seperti sebuah gambaran, bila orang yang drop out menggunakan sepeda motor ketika melaju dari kota A ke kota B, maka orang- orang terdidik, yang semula menggunakan sepeda kayuh, harus mengganti sepeda kayuhnya dengan kendaraan yang lebih cepat melaju melebihi sepeda motor untuk bisa mengejar orang- orang yang drop out. Istilah kata, kita tidak bisa menggunakan cara yang sama untuk mengejar orang yang telah lebih dahulu maju lebih jauh dibanding kita. tapi, BAGAIMANA CARANYA?. Orang yang berpendidikan itu semula telah di ajari menggunakan ilmu pengetahuan yang telah di berikan nya dari guru besar mereka. BAGAIMANA CARANYA mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi?, darimana orang orang terdidik itu harus mencari guru besar yang lebih hebat lagi?. Sudah tidak ada lagi guru besar yang bisa mereka temui. Akhirnya, orang- orang terdidik yang masih berfikir kolot, bahwa pendidikan yang terbaik adalah di dapatkan dari bangku sekolah yang terbaik, akhirnya menjadi karyawan yang bekerja pada orang- orang yang drop out.

Tapi, bagi orang- orang berpendidikan yang terbuka fikiran nya, yang mau mencoba menggunakan imajinasinya untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi, memiliki harapan untuk bisa menang mengalahkan orang- orang yang drop out. Tapi, apakah pelajaran yang di dapatkan di bangku sekolah bisnis mereka menjadi tidak terpakai lagi?. Saya menjawab; “Ya, tidak terpakai lagi”. Kalau begitu, percuma masuk sekolah bisnis dan mempelajari hal yang akhirnya gagal digunakan?. Saya menjawab “tidak juga. Karena, anda juga akan kesulitan menciptakan ilmu pengetahuan yang baru apabila tidak mengerti baca dan tulis yang di ajarkan di bangku sekolah”. Saya menulis artikel ini sama sekali tidak memiliki tujuan menyudutkan orang- orang yang berpendidikan. Memang, Albert Einstein sebelum menemukan Teori Relativitasnya adalah seorang dosen yang tidak mampu mendapatkan gelar doktor. Tapi, teori Energi= masa kali kecepatan cahaya kuadrat nya tersebut mampu menggeser teori Fisika Klasik dari Isaac Newton yang seorang pejabat tinggi di Negara Inggris. Tujuan saya disini adalah ingin menegaskan bahwa Ilmu pengetahuan terlahir dari Imajinasi. Dan karena itulah, saya sependapat bila Imajinasi lebih penting dari Ilmu Pengetahuan.

Di negara indonesia saat ini, masyarakat masih meyakini, bahwa pendidikan tinggi adalah hal yang sangat hebat. Karena kebanyakan masyarakat indonesia memiliki pendidikan yang tidak tinggi. Tapi, bila anda memiliki teman Social Network di negara maju seperti Amerika, anda bisa tanya kepada mereka keadaan disana. Dan saya yakin, mereka akan lebih banyak menjawab “pendidikan tinggi di negara maju sudah tidak populer lagi”. Karena saya telah bertanya kepada mereka. bila memang secara nyata, imajinasi lebih penting daripada  ilmu pengetahuan terapan di bangku sekolah, kendala terbesar bukan pada “BAGAIMANA CARANYA menemukan Ilmu Pengetahuan yang lebih tinggi tersebut?. Tapi, APAKAH ANDA BENAR- BENAR YAKIN, lebih menggunakan imajinasi dan mengesampingkan ilmu pengetahuan yang telah ada!. Apakah anda yakin, bisa tegar menghadapi orang- orang di sekitar anda yang dengan antusiasme menggebu- gebu menyatakan bahwa ilmu dari sekolah yang tinggi adalah hal yang terbaik dari yang terbaik?. Bila Anda tidak yakin, akan sangat sulit menemukan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi tersebut dan menjadi lebih unggul dari orang orang yang memiliki gelar Phd maupun MBA saat ini.

0 comments: