MENCIPTAKAN ILMU
PENGETAHUAN YANG LEBIH TINGGI.
Artikel ini
berisi tentang:
Alasan sebuah “Business Study” (Pelajaran Bisnis di
sekolah bisnis) bukan menjadi hal yang baik di masa ini bila digunakan untuk pendirian
sebuah perusahaan yang memiliki visi menjadi terbesar. Penjelasan cacat dari
pelajaran –bisnis- yang di dapatkan dari sekolah. Imajinasi yang lebih penting
dari ilmu pengetahuan. Kekeliruan penafsiran –di masa kini- tentang keunggulan
sekolah dan mendapatkan pendidikan yang tinggi. Penegasan terhadap kebenaran
sebuah pernyataan “imajination more important than knowledge”. Apa filosofi
untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi.
MENCIPTAKAN ILMU
PENGETAHUAN YANG LEBIH TINGGI.
“Imajination more important than the Sience, because the
Science born from imagination”, itulah kalimat yang di ucapkan Albert Einstein
ketika mendapatkan nobel karena penemuan teori Relativitasnya.
Kita tentu tahu, bahwa Bill Gates keluar dari Universitas
Havard dan mendirikan perusahaan Microsoft nya dengan sangat sukses. Kitapun
tahu, Mark Zuckeber drop out juga dari Havard, kemudian mendirikan Facebook inc
lalu menjadi orang kaya termuda pada masa ini. Havard adalah sekolah bisnis
yang paling hebat di Amerika. Lantas, mengapa orang- orang yang keluar dari
Havard University malah menjadi sangat sukses daripada orang- orang yang
memiliki gelar Phd ataupun MBA dari universitas yang sama?.
Saya akan mencoba menjelaskan hal ini kepada anda. orang-
orang yang bersekolah mempelajari ilmu pengetahuan dari orang yang menciptakan
ilmu pengetahuan tersebut. yang menciptakan ilmu pengetahuan pun seorang
manusia juga. Ketika ada 1000 orang yang bersekolah di sekolah bisnis seperti
Havard, mereka semua mempelajari ilmu pengetahuan yang sama. Mereka di bekali
pembelajaran yang sama dari para pembimbing mereka. mereka semua di beri
senjata yang sama semua. Ketika lulus sekolah, 1000 orang yang bersekolah
tersebut kemudian mencoba mendirikan perusahaan dengan cara yang sama seperti
apa yang telah mereka pelajari di bangku sekolah bisnis mereka. di akhir
perjuangan mereka semua, mereka telah berhasil mendirikan perusahaan. Tapi
sebelumnya, ada beberapa gelintir orang yang keluar dari bangku sekolah. kita
menyebut orang ini sebagai seorang yang drop out (keluar) dari sekolah bisnis.
Orang yang drop out ini kemudian berambisi juga untuk mendirikan perusahaan.
Tapi, BAGAIMANA CARA mereka untuk melakukan nya?. orang yang mencari, pasti
akan berfikir BAGAIMANA CARANYA untuk bisa mendapatkan apa yang dicarinya.
Masih ingat apa yang di katakan Albert Einstein, “imajinasi lebih penting daripada ilmu
pengetahuan, karena ilmu pengetahuan terlahir dari imajinasi”. Orang yang droup
out ini kemudian berfikir menggunakan imajinasinya. Dan setelah berfikir sangat
lama dan puluhan kali –bahkan ratusan kali- gagal menggunakan idenya, mereka
akhirnya pun mendapatkan jawaban nya. jawaban ini merupakan ilmu pengetahuan
yang benar- benar baru, yang di ciptakan oleh mereka sendiri, yang mereka
yakini kualitasnya lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang di ajarkan di
sekolah bisnis. Ilmu pengetahuan ini kemudian di terapkan oleh orang- orang
yang drop out untuk mendirikan perusahaan. Akhirnya, mereka pun berhasil. Tapi,
bukan hanya berhasil mendirikan perusahaan, tapi mereka juga berhasil mengambil
alih para konsumen dari perusahaan orang- orang terdidik yang menggunakan
metode terapan dari sekolah bisnis mereka.
Selalu ada cacat bagi suatu hal di dunia ini. begitu pula
dengan ilmu pengetahuan bisnis yang di dapatkan dari sekolah bisnis tertinggi
sekalipun di dunia seperti Havard. Orang- orang yang drop out, mencari cacat
tersebut dengan menggunakan imajinasinya. Dan setelah mereka mendapatkannya,
dan menerapkan nya, mereka berhasil menggeser posisi rival- rival mereka
(orang- orang berpendidikan) ke bawah.
Ketika para konsumen dari perusahaan yang di dirikan oleh
orang- orang dari bangku sekolah bisnis (orang terdidik) di ambil alih orang
yang droup out, maka arus kas perusahaan orang- orang terdidik pun menjadi
macet. Ketika telah macet, tidak ada laba yang bisa di dapatkan untuk membiayai
gaji karyawan dan membeli bahan baku. Akhirnya, perusahaan orang- orang
terdidik pun tumbang dan gulung tikar. Agar orang- orang terdidik ini bisa
membangkitkan perusahaan mereka kembali, mereka harus mencari cara/ ilmu
pengetahuan yang baru yang lebih tinggi untuk bisa mengalahkan cara yang di
gunakan oleh orang yang drop out. Seperti halnya seperti sebuah gambaran, bila
orang yang drop out menggunakan sepeda motor ketika melaju dari kota A ke kota
B, maka orang- orang terdidik, yang semula menggunakan sepeda kayuh, harus
mengganti sepeda kayuhnya dengan kendaraan yang lebih cepat melaju melebihi
sepeda motor untuk bisa mengejar orang- orang yang drop out. Istilah kata, kita
tidak bisa menggunakan cara yang sama untuk mengejar orang yang telah lebih
dahulu maju lebih jauh dibanding kita. tapi, BAGAIMANA CARANYA?. Orang yang
berpendidikan itu semula telah di ajari menggunakan ilmu pengetahuan yang telah
di berikan nya dari guru besar mereka. BAGAIMANA CARANYA mendapatkan ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi?, darimana orang orang terdidik itu harus mencari
guru besar yang lebih hebat lagi?. Sudah tidak ada lagi guru besar yang bisa
mereka temui. Akhirnya, orang- orang terdidik yang masih berfikir kolot, bahwa
pendidikan yang terbaik adalah di dapatkan dari bangku sekolah yang terbaik,
akhirnya menjadi karyawan yang bekerja pada orang- orang yang drop out.
Tapi, bagi orang- orang berpendidikan yang terbuka
fikiran nya, yang mau mencoba menggunakan imajinasinya untuk menciptakan ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi, memiliki harapan untuk bisa menang mengalahkan
orang- orang yang drop out. Tapi, apakah pelajaran yang di dapatkan di bangku
sekolah bisnis mereka menjadi tidak terpakai lagi?. Saya menjawab; “Ya, tidak
terpakai lagi”. Kalau begitu, percuma masuk sekolah bisnis dan mempelajari hal
yang akhirnya gagal digunakan?. Saya menjawab “tidak juga. Karena, anda juga
akan kesulitan menciptakan ilmu pengetahuan yang baru apabila tidak mengerti
baca dan tulis yang di ajarkan di bangku sekolah”. Saya menulis artikel ini
sama sekali tidak memiliki tujuan menyudutkan orang- orang yang berpendidikan.
Memang, Albert Einstein sebelum menemukan Teori Relativitasnya adalah seorang
dosen yang tidak mampu mendapatkan gelar doktor. Tapi, teori Energi= masa kali
kecepatan cahaya kuadrat nya tersebut mampu menggeser teori Fisika Klasik dari
Isaac Newton yang seorang pejabat tinggi di Negara Inggris. Tujuan saya disini
adalah ingin menegaskan bahwa Ilmu pengetahuan terlahir dari Imajinasi. Dan
karena itulah, saya sependapat bila Imajinasi lebih penting dari Ilmu
Pengetahuan.
Di negara indonesia saat ini, masyarakat masih meyakini,
bahwa pendidikan tinggi adalah hal yang sangat hebat. Karena kebanyakan
masyarakat indonesia memiliki pendidikan yang tidak tinggi. Tapi, bila anda
memiliki teman Social Network di negara maju seperti Amerika, anda bisa tanya
kepada mereka keadaan disana. Dan saya yakin, mereka akan lebih banyak menjawab
“pendidikan tinggi di negara maju sudah tidak populer lagi”. Karena saya telah
bertanya kepada mereka. bila memang secara nyata, imajinasi lebih penting
daripada ilmu pengetahuan terapan di
bangku sekolah, kendala terbesar bukan pada “BAGAIMANA CARANYA menemukan Ilmu
Pengetahuan yang lebih tinggi tersebut?. Tapi, APAKAH ANDA BENAR- BENAR YAKIN, lebih
menggunakan imajinasi dan mengesampingkan ilmu pengetahuan yang telah ada!.
Apakah anda yakin, bisa tegar menghadapi orang- orang di sekitar anda yang
dengan antusiasme menggebu- gebu menyatakan bahwa ilmu dari sekolah yang tinggi
adalah hal yang terbaik dari yang terbaik?. Bila Anda tidak yakin, akan sangat
sulit menemukan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi tersebut dan menjadi lebih
unggul dari orang orang yang memiliki gelar Phd maupun MBA saat ini.
0 comments:
Posting Komentar