Senin, 13 Mei 2013

Kegagalan Perusahaan Pertama Saya

KISAH PENGALAMAN NYATA DARI SAYA KETIKA SAYA MENDIRIKAN PERUSAHAAN DAN ANALISA PENYEBAB KEGAGALAN NYA.

Artikel ini Membahas Tentang:
Tujuan saya mendirikan perusahaan. Saya memandang bahwa pendidikan formal di Indonesia tidak terlalu bagus. Memulai sebuah riset bisnis kecil. Rekomendasi dari ayah adik angkat saya untuk tidak perlu keluar dari pekerjaan rutin, untuk memulai sebuah bisnis organisasi. Alasan lebih baik tetap bekerja di dalam sebuah perusahaan. Mulai belajar dari buku yang saya beli. Menjadi anggota forum di berbagai situs startup bisnis. Riset pembuatan prototype produk yang sangat sulit. Bergabung ke organisasi pemasaran software Amerika. Melakukan riset marketing, untuk mempersiapkan peluncuran produk. Mendapatkan investor hanya denan 3 X demonstrasi. Nasib sial karena di pindah ke departemen yang sangat kacau. Keadaan perusahaan rintisan menjadi tidak terkendali. Kesalahan fatal dalam membuat produk yang buruk. Kematian startup karena kehabisan uang.

KEGAGALAN PERUSAHAAN PERTAMA SAYA.
Pencapaian tujuan besar membutuhkan ambisi yang besar juga. Itulah yang dikatakan oleh Herakles. Entah kenapa, saya sangat menyukai tantangan dan ilmu pengetahuan. Mungkin ini disebabkan oleh faktor Gen. Kakek dari Ayah saya dulu memang seorang pengusaha yang sangat sukses di masa nya. Seseorang yang penuh dengan semangat dan jiwa pantang menyerah. Tapi, karena beberapa kesalahan strategi bisnis, usaha yang dimiliki nya tumbang. Bagi saya, tujuan mendirikan sebuah bisnis/ perusahaan bukan agar saya  menjadi pemimpin puncak dan bertindak apapun tanpa di perintah. Saya siap di beri perintah dan melaksanakan perintah dari orang lain bila hal itu perlu. Bagi saya, dunia bisnis adalah tempat yang sangat menyenangkan karena selalu terdapat masalah yang harus bisa di pecahkan.

Saya kurang menyukai pendidikan formal, karena setelah saya di perkenalkan dengan Ilmu Pengetahuan Dialektika Materialism, oleh ayah dari Alexander (Adik angkat saya), dan sebuah paham filsafat Sains dasar; “Imagination is More Importan Than Knowledge”, saya merasa hanya akan membuang waktu dan tenaga saja apabila menempuh pendidikan di Indonesia. Karena, kebanyakan –meskipun tidak semua- pendidikan di negara kita, lebih bersifat teoritis dan jauh dari keadaan sesungguh nya. Meskipun saya sudah melakukan dan belajar bisnis semenjak SMP, tapi menurut saya pribadi, perjalanan bisnis besar yang saya lakukan dimulai ketika akhir tahun 2010. Ketika saya memulai riset bisnis kecil dari gaji bulanan saya bekerja dan ketika saya bergabung dengan sebuah kelompok kecil bernama Unirised, oranisasi marketing software yang berbasis di Chicago- Amerika Serikat. Ayah adik angkat saya, yang bernama Akindo, sangat menyarankan agar tidak perlu keluar dari pekerjaan tetap saya terlebih dahulu untuk memulai sebuah bisnis. Alasan nya: [1]. Gaji yang di dapatkan dari pekerjaan tetap saya, bisa di gunakan untuk melakukan riset kecil. Bisnis yang berbentuk organisasi, tidak hanya bisa di bangun dengan tekad dan modal uang yang besar. Perlu sebuah riset dan waktu untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan yang cukup, sebelum memulai perusahaan startup. [2]. Jika ingin mendirikan sebuah perusahaan (bukan bisnis “One Man One Show”) dalam jangka waktu dekat, lebih baik memulai nya dengan membangun organisasi. Bukan melakukan semua tindakan sendiri. Melakukan hal sendirian, akan membuat seseorang terpaku dengan sikap perfeksionis. Sikap perfeksionis yang di biarkan lama tumbuh, akan sangat menyulitkan perkembangan pembangunan sebuah organisasi. Dengan alasan tersebut, saya memulai sebuah riset bisnis di akhir tahun 2010.

Saya kemudian mulai mempelajari binis berbentuk organisasi dari berbagai macam buku yang saya beli di Gramedia. Setelah itu, saya merasa perlu meningkatkan pengetahuan saya dengan bergabung di berbagai macam forum Startup bisnis. Riset kecil saya yang pertama, saya mulai dengan membuat sebuah produk yang bagus. Ya, sebuah produk yang bagus sungguh tidak semudah kedengaran nya. Devinisi dari sebuah produk yang bagus, bagi saya sangat kompleks. Tidak hanya produk yang di butuhkan oleh orang, tapi saya juga harus bisa membuat prototype nya dengan prediksi keakuratan: Harga, biaya pembuatan produk, suplier komponen produk, suplier komponen alat, metode dan kesediaan SDM yang memadahi untuk bisa membuat produk tersebut, dll. Jadi maksud saya, dalam membuat sebuah produk, tidak hanya asal BISA DIBUAT. Tapi, saya juga harus menjawab pertanyaan “apakah ada suplier komponen bahan yang bisa di andalkan apabila saya membuat produk tersebut”. Jika saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini, maka sudah pasti saya tidak boleh membuat produk tersebut –meskipun saya berhasil membuat sample produk nya. Karena, apabila memaksakan diri melakukan hal itu, maka saya akan menemui masalah di masa depan. Jadi, produk tersebut tidak bisa di buat dalam skala masal atau dalam jangka waktu panjang kedepan karena ketiadaan suplier bahan produk tersebut. Itu hanya sebuah contoh kecil saja dari komplikasi masalah di sisi pembuatan produk. Saya memerlukan waktu lebih dari 5 bulan untuk mempersiapkan prototype produk yang benar- benar akurat.

Dalam melakukan riset produk pun, saya juga di bantu oleh beberapa orang. Yap, orang- orang yang saya bayar dengan gaji saya bekerja, untuk membantu saya membuat prototype produk. Masalah barupun datang lagi. Mengatur dan memimpin orang- orang dalam melakukan sebuah riset, ternyata tidak bisa disamakan dengan memimpin orang- orang di tempat saja bekerja. RISET, melakukan sesuatu yang belum pasti ada hasilnya. Jika saya tidak membangun visi yang jelas dan menyuntikan dokrin tersebut kepada mereka, tindakan orang- orang yang saya gaji tidak akan bisa berhasil dengan sukses. Belum lagi saya menemui masalah perekrutan, pembuatan S.O.P, penyediaan tempat, dll. Proyek pembuatan prototype produk ini sempat terhenti selama 1 bulan. Karena beragam masalah kompleks yang muncul, yang tidak pernah saya temui, saya kemudian menghubungi ayah adik angkat saya untuk meminta saran. Saya telah membuat janji-temu dengan beliau dan saya akan ke Jakarta untuk bertemu dia 2 minggu lagi.

“Imagination is More Importan Than Science”, begitulah kalimat pembukaan ketika saya bertemu dengan ayah Alexander di rumah nya di sekitar Cibubur Juction. Beliau kemudian mengajak saya berkeliling kota bersama Alexander sambil menerangkan betapa penting nya arti kalimat tersebut –secara lebih dalam. Beliau memberikan saya essay karya Paul Graham, dan beberapa alamat situs yang membahas mengenai startup bisnis, dimana saya bisa saling bertanya jawab mengenai masalah startup kepada banyak pengusaha yang baru maupun yang berpengalaman. “Imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan terlahir dari imajinasi”. Pembelajaran yang di berikan oleh ayah Alexander sangat dalam sekali. Beliau memberikan contoh pengetahuan baru, seperti; Cara bagi para ilmuan ketika mendefinisikan materi gelap luar angkasa. Proses awal keinginan manusia yang ingin ke bulan, dan banyak hal lain nya. Setelah dari pertemuan itu, saya kembali ke kota Kudus untuk mencoba menerapkan nya. Inti pokok nya; Saya tidak boleh terpaku dengan apa yang banyak orang percaya. Bahkan dari kata- kata orang besar sekalipun. Karena, keadaan yang sedang saya alami mungkin berbeda, dan karena perbedaan itulah ada beberapa hal yang butuh penyesuaian –baik itu yang harus di ubah, di tambahi ataupun di hilangkan.

Setelah 5 bulan, saya berhasil membuat prototype produk dengan bantuan 5 orang yang saya pekerjakan. Semua data tentang produk tersebut lengkap sudah. Dan tidak hanya itu, dokumentasi mengenai trail dan eror, dan filosofis pembuatan produk barupun telah berhasil saya buat. Tapi, di sesi ini, saya memang belum benar- benar menerjunkan produk ini ke pasar.

Dari salah satu forum startup bisnis yang biasa menjadi langganan saya, ada sekelompok orang dengan visi yang sama, untuk membuat sebuah perusahaan ecomerce kelas dunia. Kelompok itu sedang membutuhkan tenaga pemasaran software untuk Malaysia, Indonesia dan Filiphina. Ya, organisasi tersebut bernama Unirised, yang memiliki kantor pusat di Chicago. Menjual beragam aplikasi mobile dari para programer di Silicon Valley. Ketika melihat lowongan tersebut, saya merasa ini adalah sebuah peluang untuk belajar internet marketing secara global dan membaurkan sudut pandang saya dengan pebisnis di Amerika Serikat. Walaupun bahasa Ingris saya kurang begitu bagus, tapi sudah cukup untuk bisa mengerti apa yang Leader kami inginkan bila dia menjelaskan sesuatu melalui video, email, chat maupun panggilang telp langsung dalam bahasa Inggris. Bagusnya lagi, pekerjaan internet marketing ini bisa saya lakukan di depan laptop dalam kamar saya. Pada waktu penerimaan anggota baru, saya di undang ke Changi- Singapore untuk melakukan pendaftaran diri dan pemberian beberapa pengarahan spesifik tentang visi dan misi organisasi itu. Kami sering berkomunikasi melalui video chat, email dan forum tertutup, untuk membahas permasalahan pemasaran yang sedang terjadi. Kadang pula salah satu anggota kami membagikan pengalaman barunya dengan tujuan menambah ilmu pengetahuan semua anggota. Kami juga sering bertukar bingkisan. Saya pernah mengirimkan buah Srikaya kepada teman- teman saya di Chicago. Lebih dari 1 tahun saya melakukan kerja membangun sistem internet marketing untuk organisasi Unirised cabang Indonesia. Jadi, jadwal saya sangat padat sekali sepanjang hari. Bahkan, untuk menonton film di televisi pun, mungkin hanya 1 bulan sekali. Malangnya, organisasi Unirised ini juga melakukan penjualan sofware peretasan (Hacked Software). Saya baru mengetahui hal ini setelah 6 bulan bekerja disana. Tapi, tidak masalah juga bagi saya mengenai apa yang mereka jual, karena saya mendapatkan bagian untuk melakukan penjualan software yang legal. Bagian penjualan software peretasan dilakukan oleh Tim lain yang lebih ahli.

Masuknya saya ke organisasi Unirised, ternyata membawa saya lebih jauh lagi ke jalur bisnis ecomerce dunia. Terutama, ketika saya di beri penawaran kerja di perusahaan ecomerce bernama VK.com. Sebuah perusahaan berbasis social network terbesar di Eropa. Disana, saya bersama dengan beberapa orang dari Indonesia mendefinisikan pola aktivitas masyarakat indonesia. Hal ini berfungsi untuk mengambil strategi promosi yang bagus untuk persiapan peluncuran situs VK.com  di Indonesia. Saya juga membantu dalam proyek penterjemahan bahasa.

Suatu pagi, saya mendapatkan email mengejutkan. Pemerintah Amerika melalui departemen Customer Protection, sedang melakukan pengadilan terhadap aktivitas yang organisasi kami lakukan. Tuduhan yang di lontarkan adalah “Penjualan Barang Ilegal (Software Peretasan)”. Aktivitas kami terhenti saat itu juga. Seminggu kemudian, organisasi kami dilarang melakukan aktivitas lagi. Seluruh jaringan yang telah saya dan anggota kami bangun, di bekukan semua. Ancaman pemerintah Amerika di lontarkan kepada semua anggota; jika ada yang masih melakukan aktivitas yang berhubungan dengan Unirised, akan di jatuhi hukuman pidana. Pada tanggal 9 Mei 2012, Unirised resmi bubar.

Saya melanjutkan aktivitas saya di kota kecil ini, dan masih bekerja di perusahaan pembuat rokok PT. Djarum. Saya sama sekali tidak berkata apapun kepada rekan- rekan kerja saya tentang aktivitas saya di luar. Saya mencoba melakukan hal yang baik dan menjadi orang yang melakukan semua tugas perusahaan dengan baik. Hanya itu. Tapi, diluar saya mencoba untuk membuat perubahan besar dan melawan status quo. Sekarang, di benak saya ada dua basic bisnis. Perusahaan manufacture dan ecomerce. Karena merasa memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai internet marketing, saya kemudian melakukan beberapa riset dan melakukan pembangunan jaringan awal internet marketing. Di satu sisi yang lain, saya pula melakukan riset pemasaran produk manufaktur. Hari- hari saya selalu dipenuhi dengan aktivitas yang padat. Mulai melakukan pekerjaan rutin di perusahaan saya, melakukan riset dan pembangunan jaringan di basic ecomerce dan juga di basic manufaktur. Saya sempat mengalami tekanan yang besar waktu itu. Untung saja ayah Alexander selalu memberi saya banyak ilmu engetahuan guna melakukan pengendalian diri yang baik, sehingga saya bisa terhindar dari penyakit GILA.

Sungguh, semua nya tidak seperti banyak kisah yang saya sering baca dari buku maupun media elektronik tentang orang- orang sukses, yang bekerja keras memperjuangkan sesuatu, kemudian berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan. Keadaan menjadi sangat sulit ketika saya sering dihadapkan dengan jalan yang benar- benar buntu. Untung saja saya tergabung dengan banyak komunitas di berbagai forum, yang dimana anggota- anggota nya saling mensuport satu sama lain. Saya benar- benar membuka fikiran saya terhadap sesuatu yang baru. Forum di Rusia, China dan Amerika lah yang banyak memberikan saya masukan yang begitu besar, terlebih mengenai filsafat, filosofi ilmu pengetahuan dan bisnis ecomerce. Dari itu semua, barulah saya menyadari bahwa dunia ini sungguh sangat luas dan beragam. Masa- masa sulit bagi saya adalah menelaah tentang perbedaan besar, antara latar belakang saya dari keluarga biasa di sebuah negara berkembang (Indonesia), dengan sudut pandang para pebisnis di Amerika dan Filosofi ilmu pengetahuan dari Rusia dan China. Ayah adik angkat saya memberikan banyak akses untuk menuju ke dunia luar yang begitu luas. Beliau memperkenalkan saya kepada teman- teman nya yang memiliki pengalaman yang banyak.

Singkat cerita, saya akhirnya berhasil membuat prototype produk lengkap dengan model bisnis nya. Saya merasa telah memiliki kemampuan pengendalian diri yang cukup, pengetahuan pengelolaan terhadap bisnis manufaktur dan banyak rekan di luar negri yang siap menjadi penasehat untuk saya. Prototype produk saya kali ini adalah sebuah produk pisau, yang akan saya pasarkan ke berbagai toko di profinsi Jawa Barat. Dengan membawa prototype produk tersebut, saya kemudian memberikan demo kepada para investor di Jakarta. Tidak sulit bagi saya untuk melakukan penggalangan dana. Saya berhasil mendapatkan dana sebesar 200 juta, hanya dengan 3 X demo di hadapan calon investor. Mungkin nilai 200 juta tidak begitu besar jika di bandingkan dengan modal awal pendirian Perseroan Terbatas (PT). Tapi, tujuan saya adalah membuat pijakan sistem bisnis yang kuat untuk menggalang dana lebih besar lagi. Tentu saja tujuan saya yang utama adalah mendirikan perusahaan yang bernilai 1 juta dollar.

Menjalankan perusahaan di tahap awal (startup)... Saya sungguh sangat berhati- hati sekali. Banyak meta-kenyataan (halusinasi keadaan) yang kerap muncul. Hal itu sangat berbahaya bagi perkembangan sebuah janin perusahaan rintisan. Saya tidak boleh gegabah dalam menentukan manuver perusahaan startup ini. Meskipun saya baru memiliki karyawan berjumlah 10 orang –dan lebih banyak lagi orang- orang yang saya pekerjakan dengan sistem kontrak, situasinya tidak semudah seperti mengelola orang- orang di tempat saya bekerja. Saya harus menanamkan visi dan misi, dan juga kebersamaan yang sangat kuat dalam lingkungan perusahaan rintisan ini. Sayapun harus benar- benar bertindak tegas, apabila terdapat orang yang tidak mampu berjalan sesuai dengan visi perusahaan rintisan saya. Saya benar- benar menuntut keberhasilan dari semua anggota. Terlebih, dari para anggota yang memegang peranan kunci. Di tempat saya bekerja (PT. Djarum), mengkoordinasi orang- orang dengan baik sudah cukup membuat semuanya beres. Visi dan misi tidak perlu di tanamkan sekuat di perusahaan rintisan.

Awal pembangunan organisasi, saya mulai memasang spanduk lowongan kerja di jalan untuk melakukan perekrutan, memilih orang- orang yang bisa di andalkan, mengajari cara mereka bertindak, memberikan deskripsi tugas yang jelas, dan lain lain. Tidak ada masalah yang cukup berarti sampai di langkah ini. Hingga, semua sistem dan organisasi telah siap di gerakan, tibalah saatnya melakukan aksi PELUNCURAN PRODUK ke pasar. Di masa itu, saya masih tetap bekerja di perusahaan saya dan juga masih melakukan riset di jalur bisnis ecomerce. Saya telah memprediksi semua hal ini; meskipun saya melakukan banyak tindakan yang berbeda, tapi saya merasa masih merasa mampu untuk mengendalikan semua hal ini. Tapi, SIAL-nya, tiba- tiba pihak perusahaan saya memindah tugaskan saya ke departemen lain. Sebuah departemen yang menurut saya sangat primitif dan anarkis. Atasan saya memindahkan saya agar saya bisa memberikan contoh yang baik kepada orang- orang disana tentang BAGAIMANA BUDAYA KERJA YANG BENAR. Saya sudah merasa ini adalah hal yang buruk. Tapi, bukan sifat saya untuk menolak perintah atasan. Dengan setengah hati, saya menyetujui permintaan tersebut.

NASIB BURUK kembali menimpa saya. Setelah saya masuk ke departemen itu, orang- orang disana memiliki sifat yang lebih buruk dari yang saya duga. Sebuah sifat anarkhis. Ancaman fisik sering sekali di tujukan kepada saya. dan lebih buruk lagi; kepala bagian (atasan saya) di departemen yang baru ini, memiliki sikap acuh dan kolot. Dia memang menginginkan perubahan kondisi di departemen nya, tapi tidak mau melakukan tindakan nyata. Dia memang mensuport saya, tapi itu hanya sebatas UCAPAN. Tidak ada perubahan tindakan yang dia lakukan, dan dia juga enggan melakukan perubahan. Banyak orang menentang tindakan saya. Orang- orang di departemen tersebut, ingin bekerja dengan santai, dengan metode yang serampangan, dan tidak mau terkekang oleh sebuah aturan yang baku. Sedangkan saya pribadi, membenci sebuah tindakan yang tidak terkoordinasi.

Saya seakan- akan merasa mundur ke sebuah peradaban yang lama. Sebuah keadaan di pertengahan tahun 90-an, dimana sebuah organisasi melakukan semua tindakan dengan serampangan. Hal yang paling membuat saya penuh tekanan adalah; banyaknya ancaman fisik dan terlalu besar sudah kerusakan yang terjadi di departemen itu. Untuk memperbaikinya, diperlukan sebuah kekuatan ekstra besar. Disisi lain, saya harus mengurus perusahaan rintisan saya. Karena tekanan di departemen yang primitif itu, saya sering jatuh sakit. Berat badan saya turun 10 Kg. Riset yang saya lakukan di basic ecomerce dan manajemen di perusahaan rintisan menjadi tidak terkendali. Fikiran menjadi tidak jernih dalam memutuskan banyak hal. Dalam keadaan yang kacau itu, ternyata hasil penjualan tidak sebagus yang saya prediksi. Uang budget yang tersisa, saya alihkan untuk melakukan riset pembuatan produk baru dengan terburu- buru, guna mendongkrak penjualan. Ya, banyak keputusan yang tidak jernih saya lakukan dalam keadaan yang sangat kacau itu. Meskipun saya telah berhasil membuat produk saya yang kedua, ternyata setelah saya melakukan peluncuran produk tersebut, hasil penjualan nya sangat buruk. Semua budget telah habis saya gunakan untuk pembuatan produk kedua. Tidak ada lagi aliran dana untuk menggerakan organisasi. Akhirnya, dalam kurun waktu hanya 2 bulan, dana investor sebesar 200 juta telah HABIS. Yang artinya, itu menandakan kematian perusahaan startup saya. Semua produk yang telah kami buat, tidak laku di jual dengan harga di bawah harga pasar. Terpaksa kami menjualnya dengan harga yang sangat murah. Semua aset perusahaan rintisan kami jual, dan semuanya hanya menghasilkan uang 68 juta, yang kemudian saya kembalikan lagi kepada investor.

Banyaknya uang yang habis dikarenakan pembuatan riset dan pengembangan produk baru yang kedua. Faktor yang lain nya, produk yang kedua bukanlah sebuah produk yang bagus, sehingga sangat sulit melakukan penjualan meskipun kami jual dengan harga di bawah standart pasar. Well, fikiran itu seperti parasut. Dia tidak akan bekerja jika tidak terbuka. Pembuatan produk baru di bawah tekanan fikiran, akan menghasilkan banyak halusinasi yang berbahaya. Karena, produk adalah kekuatan utama yang membuat perusahaan bisa survived. Membuat produk yang jelek, sudah pasti itu sebuah tanda kematian perusahaan.

Sekiranya cukup sekian, review yang saya lakukan jika saya memandang ke belakang untuk mencoba belajar dari kesalahan. Tapi, semua itu menurut saya bukan kesalahan telak saya. Kegagalan itu, terutama lebih disebabkan karena saya SIAL. Sekarang, saya sedang menikmati kehidupan ini dengan membeli berbagai makanan yang saya suka dan pergi ke cafe favorit saya. Mencoba melupakan masa lalu, dan menentukan langkah kedepan apa yang ingin saya ambil. 2 tahun lebih perjalanan saya tanpa henti membangun perusahaan rintisan yang sangat berliku. Dengan semangat pantang menyerah yang saya miliki, tapi ternyata nasib tidak mengijinkan saya menjadi seperti Thomas Alva Edison.

0 comments: