Artikel ini berisi tentang:
Pesimisme terhadap
keberhasilan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh orang lain manapun.
Prinsip relativitas dalam pendelegasian tugas. Memahami pola relativitas dalam
kehidupan nyata. Bukti keberhasilan relativitas dalam pendelegasian tugas.
Contoh relativitas dalam pendelegasian tugas. Apakah tujuan besar –yang tidak
pernah di capai oleh orang lain- bisa terwujud?. Prinsip kerja sebuah rencana
yang sedang di jalankan. Cara melalui hari- hari tanpa rasa kecemasan.
Saat kita
membayangkan sebuah pencapaian besar dalam kehidupan kita, dimana tidak
seorangpun orang di sekeliling kita –orang2 yang kita kenal- pernah melakukan
nya, terkadang
terlintas perasaan di dalam benak diri sendiri “apakah mungkin hal yang saya lakukan ini benar- benar bisa berhasil?. Belum pernah ada orang yang berhasil melakukan hal ini !. apakah akan berhasil?”. Kadang keragu- raguan muncul, pesimisme merasuki perasaan kita. membuat kita ragu melakukan segala sesuatu. Ketakutan itu –ketakutan kegagalan- sangat menyebalkan bila dirasakan.
terlintas perasaan di dalam benak diri sendiri “apakah mungkin hal yang saya lakukan ini benar- benar bisa berhasil?. Belum pernah ada orang yang berhasil melakukan hal ini !. apakah akan berhasil?”. Kadang keragu- raguan muncul, pesimisme merasuki perasaan kita. membuat kita ragu melakukan segala sesuatu. Ketakutan itu –ketakutan kegagalan- sangat menyebalkan bila dirasakan.
Ya, hari ini saya
merasakan keraguan seperti itu. saya merasa malas melakukan berbagai macam hal
yang seharusnya saya lakukan.
Saya memiliki prinsip “relativitas dalam mendelegasikan tugas”. Saya sering mendelegasikan tugas kepada orang lain. Sungguh, apapun perasaan kita, aktivitas tugas yang anda berikan kepada orang lain akan tetap berjalan. Artinya, walaupun kita merasa tegang, merasa was- was, merasa santai, atau bahkan bersikap cuek tidak peduli dengan apa yang terjadi, tugas yang anda berikan kepada orang lain akan tetap berjalan, dan hasil dari tugas yang anda delegasikan tersebutpun tidak akan terpengaruh dari perasaan anda. misalkan, anda merasa cuek terhadap tugas yang anda berikan kepada orang lain. Anda memberikan tugas, setelah itu anda menonton televisi, bersantai dengan mandi di air hangat, kemudian pergi berbelanja. Setelah deadline tugas tersebut selesai, orang yang anda beri pendelegasian tugas tersebut melaporkan kepada anda bahwa tugas yang di berikan berhasil dengan sukses. Atau, ketika anda memberikan tugas kepada orang lain, kemudian anda menunggu hasil dari tugas yang anda berikan tersebut dengan penuh ketidaktenangan. Anda menghabiskan 1 bungkus rokok dalam waktu 2 jam. Anda gelisah, perasaan kalut dan gundah menguasai diri anda. anda menunggu di dalam kamar kecil yang sepi dengan sangat was- was. Dan ketika waktu deadline pemberian tugas tersebut telah tiba, anda mendapatkan kabar bahwa tugas yang anda berikan ternyata gagal dilaksanakan. Saya lebih memilih mendelegasikan tugas kemudian bersikap cuek terhadap apa yang sedang terjadi –yang dirasakan oleh orang yang saya beri tugas. Hal ini mungkin sama seperti seorang perwira tentara yang memberikan tugasnya kepada sersan nya untuk menyerang batalyon musuh. Sersan itu –yang diberi tugas- berjuang dengan mati- matian menghancurkan pertahanan musuh. Sersan itu adu tembak dalam sebuah peperangan sengit dan nyawanya sedang di ujung tanduk. Perwira yang memberikan tugas tersebut sedang mengencani wanita cantik. Lalu tiba- tiba ada telephone masuk yang memberi laporan bahwa batalyon musuh berhasil di takhlukan. Perwira itu sangat senang, dan melanjutkan kencan nya dengan wanita nya.
Saya memiliki prinsip “relativitas dalam mendelegasikan tugas”. Saya sering mendelegasikan tugas kepada orang lain. Sungguh, apapun perasaan kita, aktivitas tugas yang anda berikan kepada orang lain akan tetap berjalan. Artinya, walaupun kita merasa tegang, merasa was- was, merasa santai, atau bahkan bersikap cuek tidak peduli dengan apa yang terjadi, tugas yang anda berikan kepada orang lain akan tetap berjalan, dan hasil dari tugas yang anda delegasikan tersebutpun tidak akan terpengaruh dari perasaan anda. misalkan, anda merasa cuek terhadap tugas yang anda berikan kepada orang lain. Anda memberikan tugas, setelah itu anda menonton televisi, bersantai dengan mandi di air hangat, kemudian pergi berbelanja. Setelah deadline tugas tersebut selesai, orang yang anda beri pendelegasian tugas tersebut melaporkan kepada anda bahwa tugas yang di berikan berhasil dengan sukses. Atau, ketika anda memberikan tugas kepada orang lain, kemudian anda menunggu hasil dari tugas yang anda berikan tersebut dengan penuh ketidaktenangan. Anda menghabiskan 1 bungkus rokok dalam waktu 2 jam. Anda gelisah, perasaan kalut dan gundah menguasai diri anda. anda menunggu di dalam kamar kecil yang sepi dengan sangat was- was. Dan ketika waktu deadline pemberian tugas tersebut telah tiba, anda mendapatkan kabar bahwa tugas yang anda berikan ternyata gagal dilaksanakan. Saya lebih memilih mendelegasikan tugas kemudian bersikap cuek terhadap apa yang sedang terjadi –yang dirasakan oleh orang yang saya beri tugas. Hal ini mungkin sama seperti seorang perwira tentara yang memberikan tugasnya kepada sersan nya untuk menyerang batalyon musuh. Sersan itu –yang diberi tugas- berjuang dengan mati- matian menghancurkan pertahanan musuh. Sersan itu adu tembak dalam sebuah peperangan sengit dan nyawanya sedang di ujung tanduk. Perwira yang memberikan tugas tersebut sedang mengencani wanita cantik. Lalu tiba- tiba ada telephone masuk yang memberi laporan bahwa batalyon musuh berhasil di takhlukan. Perwira itu sangat senang, dan melanjutkan kencan nya dengan wanita nya.
Saya pribadi
memilih untuk bersikap cuek terhadap apa yang sedang terjadi. karena bila
dibuktikan secara ilmiah, perasaan yang sedang terjadi pada Anda tidak akan
mempengaruhi kondisi lain atau orang lain yang sedang terjadi saat itu juga.
Hal ini membuat saya menghemat beban fikiran, dan melalui hari- hari saya
dengan lebih menyenangkan. Hal ini juga sangat baik jika saya berada pada
kondisi yang juga sedang mengerjakan tugas penting. Hal itu membuat saya mampu
berfikir jernih dan lebih tepat membuat keputusan karena perasaan saya tidak
diliputi dengan rasa was- was. Tapi, apakah hal ini tidak disebut sebagai hal
yang egois?. Dimana orang lain sedang berjuang mati- matian. Di sisi lain, anda
malah bersikap enak- enakan?. Zaman dahulu memang ini di anggap egois. Tapi
sekarang, orang yang beranggapan seperti itu saya sebut sebagai orang yang
tidak mampu berfikir dengan lebih teliti.
Kembali ke sub judul
utama artikel ini !, apakah tujuan besar itu akan terwujud?. Apabila anda
membidik sasaran menggunakan peluru kendali, dan apabila sasaran yang anda
bidik tersebut sudah tepat, peluru kendali itu akan meluncur dan menghancurkan
–benar benar menghancurkan- sasaran yang telah anda bidik tersebut. apabila
anda telah menetapkan sebuah rencana, dan secara ilmiah rencana anda itu sudah
tepat sesuai kenyataan nya, seberapapun besar target yang telah anda tetapkan,
seberapa sulit target yang ingin anda capai, apabila rencana itu secara ilmiah
benar- benar mampu menerobos halangan yang akan menghadang, maka rencana anda
pun akan berhasil terwujud. Lalui saja hari- hari anda dengan penuh kebahagiaan
dengan melakukan hal yang menyenangkan.
Saya –dan siapapun
juga- yang sedang diliputi dengan keraguan terhadap hal besar yang ingin
diwujudkan, pasti sedang menemui masalah “pesimisme” yang menyebalkan. Apabila
kita menyadari “hal lain tidak berhubungan dan tidak terpengaruhi terhadap
perasaan kita”, maka pesimisme itu bisa terobati dan bisa tergantikan dengan
optimisme. Kita bisa melanjutkan aktivitas sehari- hari kita tanpa diliputi
kecemasan.
0 comments:
Posting Komentar